Sekolah Rakyat Diluncurkan 14 Juli, Fokus pada Siswa Miskin dan Kurikulum Berbasis AI
Solusi Berita
KARAWANG | Kementerian Sosial (Kemensos) memastikan peluncuran Sekolah Rakyat tetap berjalan sesuai jadwal pada 14 Juli 2025 mendatang. Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyatakan, seluruh persiapan tengah dimatangkan menjelang pembelajaran serentak di 100 lokasi awal di seluruh Indonesia, yang menggunakan gedung-gedung milik Kemensos.
Program ini ditujukan bagi 9.755 siswa dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, yang akan bersekolah di jenjang SD, SMP, dan SMA. Mereka akan dibimbing oleh 1.554 guru serta didukung 3.390 tenaga kependidikan.
“Kita terus sempurnakan persiapan. InsyaAllah pembelajaran akan dimulai tanggal 14 Juli,” ujar Gus Ipul dalam temu media di Kantor Kemensos, Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Tim formatur bersama Kemensos saat ini masih memfinalisasi tenaga pengajar, tenaga pendukung, serta perangkat kurikulum. Dalam waktu dekat, para kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan akan mulai mengikuti masa persiapan di asrama, diikuti oleh para siswa pada pekan berikutnya.
Berbeda dari sekolah formal pada umumnya, Sekolah Rakyat tidak menerapkan tes akademik sebagai syarat masuk. Sebagai gantinya, para siswa akan mengikuti tes pemetaan potensi (talent mapping) menggunakan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI).
“Manajemen Talenta akan memetakan potensi siswa berdasarkan gaya belajar, minat karier, kemampuan sosial, kegiatan ekstrakurikuler, hingga kebutuhan emosional dan rencana pengembangan individu,” jelas Gus Ipul.
Tes kesehatan juga akan dilakukan, bukan untuk menyaring peserta, melainkan sebagai bagian dari persiapan agar siswa siap mengikuti proses pendidikan secara optimal.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, M. Nuh, menyampaikan bahwa sistem pemetaan talenta ini dikembangkan bersama Ary Ginanjar dan tim ESQ. Teknologi ini diklaim efisien secara biaya dan waktu, serta mampu menggali potensi siswa secara mendalam—melampaui sistem pemetaan empat kuadran yang lazim digunakan.
“Ini teknologi pemetaan potensi pertama di Indonesia yang langsung digunakan untuk sistem pendidikan. Kami bisa memanfaatkan secara lebih detail potensi anak-anak,” ungkap M. Nuh.
Tes pemetaan akan dilaksanakan saat siswa memasuki asrama. Tujuannya, agar pengembangan potensi bisa dilakukan secara lebih terarah sejak awal.
Dari sisi kesiapan, M. Nuh menyebut bahwa persiapan pembelajaran sudah hampir rampung, kecuali beberapa kebutuhan teknis untuk fasilitas asrama. Tiga jenis kurikulum telah disiapkan untuk mendukung proses belajar: kurikulum persiapan (untuk mengatasi kesenjangan akademik), kurikulum sekolah (mengacu pada kurikulum nasional dari Kemendikdasmen dan Kementerian Agama), serta kurikulum asrama (untuk pembinaan karakter dan nilai-nilai kehidupan).
Pendiri ESQ Corp, Ary Ginanjar, menyatakan kekagumannya terhadap ide besar Presiden Prabowo Subianto yang menghapus tes akademik untuk masuk Sekolah Rakyat. Menurutnya, ini adalah gebrakan yang bisa menginspirasi sistem pendidikan secara global.
Ia menjelaskan bahwa dengan pemetaan potensi berbasis AI, setiap anak akan dikenali kekuatannya masing-masing. “Contohnya, kita punya banyak orang hebat bernama Rudi di Indonesia—seperti Rudy Habibie atau Rudy Hartono. Semua punya potensi berbeda. Itulah yang akan kami identifikasi sejak awal, termasuk karakter dan gaya mengajar gurunya,” ujarnya.
Ary menambahkan, berdasarkan studi dari Nebraska University, pendekatan pemetaan ini mampu meningkatkan potensi anak hingga 744 persen. Ia pun berharap Sekolah Rakyat dapat menjadi fondasi lahirnya Generasi Emas Indonesia 2045. (B/N)