Kalbar Siap Ekspor 1.000 Ton Beras Premium ke Malaysia, Perkuat Ketahanan Pangan Perbatasan
Solusi Berita
KARAWANG | Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menyatakan kesiapan mengekspor 1.000 ton beras premium ke Sarawak, Malaysia. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus memaksimalkan hasil pertanian di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia.
Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan, mengungkapkan bahwa ekspor ini menjadi bukti pencapaian Kalbar dalam menciptakan surplus beras premium, sekaligus kontribusi terhadap stabilitas pangan di kawasan ASEAN. “Kami berhasil mencapai surplus sekitar 1.400 ton dan siap mengirimkan 1.000 ton ke Malaysia pada Juli atau Agustus 2025,” ujarnya di Pontianak, Kamis (15/5).
Norsan menjelaskan bahwa langkah ini juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar setiap daerah memperkuat ketahanan pangan sebagai bagian dari strategi nasional. Di Kalbar, dua program ketahanan pangan strategis telah dijalankan bersama institusi keamanan negara.
“Budidaya padi kami laksanakan bersama Kodam XII/Tanjungpura, sedangkan pengembangan jagung dikerjakan bersama Polda Kalbar. Keduanya menunjukkan hasil yang menggembirakan,” katanya. Produksi jagung bahkan mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat, dan panen raya akan segera digelar, yang dijadwalkan dihadiri Presiden Prabowo.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat produksi padi tahun 2024 mencapai 789.291 ton gabah kering giling (GKG), naik dari 700.291 ton pada tahun sebelumnya. Produksi beras mencapai 452.440 ton pada periode yang sama. Sementara itu, produksi padi selama Januari–Februari 2025 tercatat 221.153 ton GKG, setara dengan 132.000–144.000 ton beras. Pemerintah menargetkan total produksi padi tahun 2025 mencapai 1 juta ton, untuk menghasilkan 500.000 ton beras.
“Ini menunjukkan bahwa Kalbar tak hanya mampu mencukupi kebutuhan lokal, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam kerja sama pangan lintas negara,” tegas Norsan.
Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Kalbar pada tahun 2024 mencapai 73,1 persen, tergolong dalam kategori “baik dan tahan pangan”. Angka ini mencerminkan komitmen kuat Kalbar dalam memperkuat sektor pertanian di tengah dinamika global.
Norsan pun mengajak semua pemangku kepentingan—termasuk pemerintah kabupaten/kota, TNI, Polri, pelaku usaha, petani, dan masyarakat desa—untuk terus berkolaborasi demi keberlanjutan program pangan sebagai pondasi utama kesejahteraan masyarakat.
“Ketahanan pangan adalah fondasi pembangunan. Kalbar siap menjadi lumbung pangan unggulan di wilayah perbatasan yang berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu menembus pasar internasional,” pungkasnya. (D/S)