Gara-Gara Beda Agama dan Suku, Bocah SD Tewas Dipukuli Kakak Kelas
Solusi Berita
KARAWANG | Seorang siswa kelas 2 SD berinisial KB (8) meninggal dunia setelah diduga mengalami perundungan dan kekerasan fisik oleh lima kakak kelasnya di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. KB merupakan anak sulung dari pasangan Gimson Beni Butarbutar (38) dan Siska Yusniati Sibarani (30).
Ayah korban mengungkapkan bahwa anaknya telah beberapa kali menjadi sasaran perundungan yang disinyalir bermotif perbedaan suku dan agama. Puncaknya terjadi pada pertengahan Mei 2025, ketika KB dipukuli oleh lima siswa yang lebih tua.
Insiden bermula ketika KB pulang lebih awal dari sekolah selama dua hari berturut-turut. Kepada ayahnya, ia mengaku ada kegiatan sekolah, namun sang ibu mengatakan bahwa anaknya sedang sakit dan sudah menginformasikan ke pihak sekolah.
Kondisi kesehatan KB semakin memburuk. Ia mengeluhkan nyeri pada bagian pinggang dan perut, demam tinggi, serta muntah bercampur darah. Gimson kemudian mendatangi rumah teman KB, Rio, yang mengungkapkan bahwa KB telah dipukul oleh lima kakak kelasnya.
Gimson mencoba melapor ke wali kelas dan pihak sekolah, namun respons yang diterima dinilai kurang tanggap. Ia sempat meminta konfrontasi dengan salah satu pelaku, namun siswa tersebut tidak mengakui melakukan kekerasan parah dan menyebut pelaku lainnya.
Pada Minggu (25/5/2025), kondisi KB semakin kritis hingga dilarikan ke rumah sakit. Ia mengalami pembengkakan pada ulu hati, kesulitan bernapas, dan kejang-kejang. Nyawanya tak tertolong dan ia dinyatakan meninggal dunia pada Senin dini hari pukul 02.10 WIB.
Kasus ini dilaporkan ke Polsek Seberida. Polisi telah mengidentifikasi lima terduga pelaku yang masih di bawah umur, yakni HM (12), RK (13), MJ (11), DR (11), dan NN (13). Autopsi dilakukan untuk memastikan penyebab kematian KB.
Di tengah suasana duka, Gimson mengungkapkan kesedihannya secara emosional saat mendampingi jenazah anaknya. Ia menyerukan keadilan dan meminta aparat penegak hukum untuk bersikap tegas terhadap para pelaku.
Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar, menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil autopsi dan proses penyelidikan terus berjalan untuk mengungkap kebenaran. (D/S)