Daya Beli Menurun, Masyarakat Menengah Turun Kelas
Solusi Berita, Karawang — Situasi ekonomi saat ini menyebabkan kelas menengah semakin terhimpit akibat kenaikan harga bahan pokok. Malahan, masyarakat miskin semakin terancam dan daya beli secara otomatis menurun apabila tidak ditolong oleh golongan masyarakat menengah.
Berdasarkan pengamatan tim SB pada 16 Juli di lapangan, masyarakat menengah ke bawah tidak memperoleh bantuan sosial. Mereka sangat tertekan dengan gejolak harga yang tidak menentu, yang pada umumnya cenderung naik dan tidak terpantau dengan maksimal oleh pemerintah, sehingga mengakibatkan mereka jatuh ke garis kemiskinan. Di sisi lain, kenaikan harga berimbas pada pengusaha yang terpaksa mengurangi tenaga kerja, berdampak pada peningkatan pengangguran terbuka dan tertutup.
Persoalan yang dihadapi sekarang sebaiknya direspon pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan makro, seperti operasi pasar untuk pengendalian harga dan subsidi bagi masyarakat menengah dan bawah, agar daya beli masyarakat meningkat. Jika harga bahan pokok tidak diatur pemerintah melalui operasi pasar dan subsidi, masyarakat akan semakin tergerus ke garis kemiskinan.
Pemerintah diharapkan dapat menyikapi hal tersebut secara transparan dan akuntabel, sehingga inflasi terjaga dan berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi (LPE), dalam rangka mengantisipasi agar perusahaan tidak banyak melakukan pemutusan hubungan kerja, harga kebutuhan pokok terkendali, dan biaya BBM serta pendidikan juga terkendali dengan baik.
Dalam analisis ekonomi makro, tekanan terhadap daya beli masyarakat rendah akan berimplikasi terhadap penerimaan negara pada semester I 2024 yang mengalami penurunan cukup tajam. Selama semester I, pemerintah mencatat realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri (DN) terkontraksi sebesar 11% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan kondisi tersebut, pajak sektor industri perdagangan yang memiliki porsi 24,79% dari total penerimaan pajak, hanya mencatatkan pendapatan sebesar Rp 211,09 triliun atau turun 0,8% dari tahun lalu.
Pada saat yang bersamaan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun selama tiga bulan beruntun, meski masih pada level optimistis atau di atas 100. IKK yang dirilis Bank Indonesia terakhir pada Juni 2024 berada pada level 123,3, jauh lebih rendah dari posisi Mei 2024 sebesar 125,2, bahkan anjlok dibanding posisi April 2024 sebesar 127,7.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abdul Manap Pulungan, mengatakan melihat kondisi kelas menengah yang tengah tertekan, dia meminta pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang kontraproduktif dengan daya beli masyarakat. “Justru harus memberikan insentif,” ujarnya. (B/N)