Industri Karawang Melesat, Pengangguran Lokal Tetap Tinggi
Solusi Berita
KARAWANG | Deretan kawasan industri raksasa berdiri megah di Karawang, Jawa Barat. Perusahaan otomotif, elektronik, hingga manufaktur kelas dunia menjadikan daerah ini salah satu episentrum industri nasional. Kehadirannya semestinya membuka banyak lapangan kerja bagi warga sekitar.
Namun, di balik hiruk pikuk mesin pabrik, tersimpan keresahan masyarakat lokal. Kesempatan kerja yang diharapkan ternyata tak sebanding dengan derasnya arus investasi.
Deni, warga Kecamatan Klari, menjadi gambaran nyata. Lulusan SMK yang sudah setahun mencari kerja itu masih terus berburu lowongan di pabrik-pabrik Karawang. Puluhan lamaran telah ia kirimkan, tapi belum membuahkan hasil. “Sudah sering melamar, tapi belum ada panggilan,” ujarnya singkat.
Cerita Deni bukan satu-satunya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di Karawang tahun 2024 mencapai 8,04 persen, mayoritas lulusan SMA dan SMK.
Padahal, investasi yang masuk ke Karawang terbilang fantastis. Sepanjang 2024 nilainya mencapai Rp68 triliun, melonjak dari Rp42,1 triliun pada 2023. Sementara Januari–Juni 2025 saja, nilai investasi sudah menembus Rp30,24 triliun, tertinggi kedua di Jawa Barat setelah Kabupaten Bekasi.
Sayangnya, angka tersebut tidak sejalan dengan serapan tenaga kerja. Data Disnakertrans mencatat, sepanjang Januari–Juni 2025 jumlah tenaga kerja terserap hanya 12.209 orang, jauh lebih kecil dibanding besarnya investasi. Hal ini terjadi karena mayoritas investasi yang masuk bersifat padat modal, mengandalkan mesin dan teknologi canggih, bukan padat karya.
Menyikapi hal ini, Pemkab Karawang berupaya menjembatani kebutuhan industri dengan lulusan sekolah lokal. Program link and match pendidikan vokasi, pelatihan kerja melalui Balai Latihan Kerja, hingga job fair rutin terus digelar. Bahkan, telah diluncurkan platform Info Loker Karawang yang hingga pertengahan 2024 berhasil menyalurkan lebih dari 13 ribu pencari kerja ke dunia industri.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga menjadikan Karawang sebagai daerah uji coba platform digital ketenagakerjaan. Melalui sistem ini, pencari kerja dan perusahaan bisa terhubung secara langsung dalam satu wadah digital.
Meski begitu, tantangan pengangguran di Karawang tidak bisa hanya diserahkan pada industri. Selain mendorong warga lokal masuk ke pabrik, pemerintah juga terus mengampanyekan semangat wirausaha melalui pengembangan UMKM.
Investasi memang membanggakan, tapi tanpa strategi serius membuka lapangan kerja, kilau kawasan industri Karawang hanya akan jadi ironi bagi masyarakat lokal. (D/S)