Kisah Andi: Dari Kursi Roda Menuju Prestasi dan Mimpi Jadi Guru
Solusi Berita
KARAWANG | Hidup Andi Mahendra (32) berubah sejak kecelakaan lalu lintas saat ia masih duduk di bangku SMA. Dari remaja sehat penuh semangat, ia harus menerima kenyataan hidup dengan keterbatasan fisik dan tak lagi bisa berjalan.
Tahun-tahun setelahnya dihabiskan di rumah dan meja operasi, dari 2009 hingga 2021. Rasa putus asa, malu, bahkan pasrah sempat menyelimuti hidupnya.
“Dulu saya bingung, dengan kondisi seperti ini bisa kerja apa? Keluar rumah saja malu ketemu teman,” ujarnya, Senin (25/8).
Perlahan, titik balik datang ketika ia bergabung dengan National Paralympic Committee Indonesia (NPCI). Di organisasi itu Andi menemukan teman seperjuangan, semangat baru, serta percaya diri yang sempat hilang. Ia memilih cabang tenis meja dan mulai menorehkan prestasi: medali emas di Peparda 2022 hingga medali perunggu di Peparnas 2024.
Keberhasilan itu menumbuhkan tekad baru dalam dirinya: mengejar pendidikan tinggi.
“Saya ingin menambah ilmu, membuktikan kalau disabilitas juga bisa berprestasi,” katanya penuh semangat.
Andi pun mendaftar di Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang, memilih jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). “Harapannya jadi guru PNS, punya penghasilan tetap, dan bisa ajak orang tua umrah,” ujarnya.
Sang ayah, Komarudin, mengaku sempat putus asa. Usaha mebel keluarga bangkrut karena fokus biaya dan waktu untuk pengobatan Andi yang membutuhkan operasi berulang kali.
“Tidak bisa sekali sembuh, harus beberapa kali operasi,” kenangnya.
Namun, perjuangan itu terbayar. Andi berhasil meraih beasiswa prestasi UBP Karawang sekaligus KIP Kuliah.
“Kalau mengandalkan biaya sendiri jelas tidak mampu. Tapi saya sangat bangga anak saya bisa kuliah dengan beasiswa,” kata Komarudin terbata-bata.
Rektor UBP Karawang, Prof. Dedi Mulyadi, SE., MM., menegaskan komitmen kampusnya untuk inklusi pendidikan.
“Setiap orang punya hak kuliah, termasuk penyandang disabilitas. Karena itu kami sediakan fasilitas ramah disabilitas, dari lift hingga jalur akses khusus,” jelasnya.
Ia menambahkan, keterbatasan fisik tidak boleh dilihat sebagai hambatan, tetapi justru kekuatan.
“Kami percaya setiap mahasiswa, termasuk yang disabilitas, punya potensi sukses. Tugas kami mendampingi agar mereka bisa meraih mimpinya,” tegasnya. (D/S)