Program Desa Emas Kembali Digelar di Karawang dan Magelang, Dorong Kemandirian Ekonomi Desa
Solusi Berita
KARAWANG | Yayasan Indonesia Setara (YIS) bersama Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek) kembali meluncurkan Program Desa Emas (Desa Ekonomi Maju dan Sejahtera). Program yang diinisiasi oleh pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno ini kali ini menyasar dua daerah, yakni Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Melalui pelaksanaan batch kedua Program Desa Emas di tahun 2025, Sandiaga berharap desa-desa peserta mampu meningkatkan nilai tambah produk lokal dan memperluas akses pasarnya. Ia meyakini kemandirian ekonomi desa dapat diwujudkan melalui penerapan konsep One Village One Product (OVOP).
“Lewat pelatihan dan pendampingan dalam program Desa Emas, kami mendorong kelompok usaha untuk mengembangkan hilirisasi produk dengan konsep OVOP,” ujar Sandiaga dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (17/7/2025).
Menurutnya, Karawang dan Magelang dipilih karena potensi sumber daya alamnya yang melimpah. Karawang dikenal sebagai lumbung padi serta penghasil hortikultura, seperti buah dan sayur. Namun, daerah ini masih menghadapi tantangan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 8,04 persen atau sekitar 100 ribu orang, dan angka kemiskinan mencapai 7,86 persen pada 2024.
Sementara itu, Kabupaten Magelang yang terletak di lereng Gunung Merapi, Sindoro, dan Sumbing, memiliki tanah yang subur dan kekayaan hasil perkebunan serta hortikultura. Meski begitu, tingkat kemiskinan di Magelang masih tinggi, yakni 10,83 persen atau sekitar 143.800 orang.
Sandiaga menjelaskan, salah satu penyebab rendahnya nilai ekonomi di kedua daerah tersebut adalah karena hasil alamnya dijual dalam bentuk komoditas mentah, sehingga harganya cenderung rendah, terutama saat panen raya.
Sejak tidak lagi berada di pemerintahan, Sandiaga semakin aktif menggerakkan semangat kewirausahaan dan menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pelaku usaha dan pemerintah daerah.
Direktur Eksekutif Yayasan Inotek, Ivi Anggraeni, menambahkan bahwa Program Desa Emas memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM, meliputi manajemen usaha, strategi pemasaran, branding, perencanaan bisnis, literasi keuangan, hingga promosi.
Selain memperluas pasar melalui platform digital, program ini juga menghadirkan teknologi hilirisasi produk lewat kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam pelatihan bersama para peneliti BRIN, 20 kelompok usaha dibimbing mengolah hasil pertanian menjadi produk turunan, seperti teh daun kopi, selai dan permen jelly dari buah kesemek, kurma tomat, sirup tomat, pasta bawang, nori dari daun singkong, serta pemanfaatan limbah kopi menjadi pupuk dan bahan kosmetik.
“Kami berharap para peserta tidak hanya mempraktikkan sendiri, tapi juga berbagi ilmu yang mereka dapatkan kepada anggota kelompok lainnya agar manfaat program terus berlanjut,” tutur Ivi. (D/S)