Udara Buruk Landa Jabodetabek, Tangerang Selatan dan Depok Jadi Kota Paling Tercemar
Solusi Berita
KARAWANG | Kualitas udara di sejumlah kota besar di Indonesia kembali memburuk pada Selasa pagi (8/4/2025), dengan Tangerang Selatan, Depok, dan Jakarta tercatat sebagai wilayah dengan tingkat polusi tertinggi.
Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir pukul 09.18 WIB, Tangerang Selatan menempati peringkat pertama dengan AQI (Air Quality Index) sebesar 192, diikuti Depok di posisi kedua dengan 174. Keduanya masuk dalam kategori “tidak sehat”. Jakarta berada di urutan ketiga dengan AQI 153, yang juga termasuk kategori tidak sehat.
Berikut lima kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia pada hari tersebut:
- Tangerang Selatan, Banten – AQI 192 (tidak sehat)
- Depok, Jawa Barat – AQI 174 (tidak sehat)
- Jakarta – AQI 153 (tidak sehat)
- Kota Tangerang, Banten – AQI 112 (tidak sehat bagi kelompok sensitif)
- Surabaya, Jawa Timur – AQI 94 (kategori sedang)
Sementara itu, secara global, Kathmandu, Nepal menjadi kota dengan kualitas udara terburuk, dengan AQI mencapai 261, masuk dalam kategori “sangat tidak sehat”.
Sebaliknya, Denpasar, Bali tercatat sebagai kota dengan kualitas udara terbaik di Indonesia dengan AQI 33 (kategori baik), sementara secara global, Seattle, Amerika Serikat memimpin dengan AQI hanya 4.
Kategori kualitas udara diukur dari konsentrasi partikel PM2.5, yang terbagi dalam beberapa level:
- Baik (0–50): Aman untuk kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
- Sedang (51–100): Tidak berdampak pada manusia, namun dapat mempengaruhi tanaman sensitif.
- Tidak sehat bagi kelompok sensitif (101–150): Berisiko bagi penderita gangguan pernapasan, lansia, dan anak-anak.
- Tidak sehat (151–200): Berbahaya untuk aktivitas luar ruang.
- Sangat tidak sehat (201–299): Berisiko tinggi bagi semua kelompok populasi.
- Berbahaya (300–500): Dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius.
Kualitas Udara Jakarta Membaik Saat Lebaran, Memburuk Setelahnya
Meski kondisi udara kembali memburuk pasca-libur Lebaran, Jakarta sempat mencatat perbaikan kualitas udara selama masa Idul Fitri 2025 (24 Maret–6 April 2025).
Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, menjelaskan bahwa konsentrasi polutan turun hingga 75% dibandingkan tahun 2024, dan 18–69% lebih rendah dari 2023.
Ia juga menyebut bahwa hari pertama Idul Fitri kualitas udara masuk kategori baik, sementara hari kedua berada di kategori sedang. Konsentrasi PM2.5 paling tinggi terjadi pada 26–27 Maret, sebelum cuti bersama dimulai—yang mengindikasikan tingginya aktivitas warga saat itu.
Namun, setelah H+4 dan H+5 Lebaran, kualitas udara kembali menurun seiring meningkatnya mobilitas masyarakat yang kembali dari kampung halaman.
Sebagai bagian dari upaya pengendalian emisi jangka panjang, Asep mendorong warga Jakarta untuk aktif memantau kualitas udara melalui laman udara.jakarta.go.id dan mengambil langkah pencegahan, seperti menggunakan masker saat polusi meningkat. (D/S)