Realisasi Pembiayaan Utang Capai Rp 224,3 Triliun, Pemerintah Jaga Efisiensi dan Risiko
Solusi Berita
KARAWANG | Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan bahwa realisasi pembiayaan utang atau penarikan utang baru telah mencapai Rp 224,3 triliun dalam dua bulan pertama tahun 2025. Jumlah ini setara dengan 28,9% dari total target penarikan utang tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp 775,9 triliun.
Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono, menyatakan bahwa pengelolaan pembiayaan anggaran berjalan sesuai rencana dengan perhitungan yang matang. “Pembiayaan APBN dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan terukur, dengan tetap memperhatikan efisiensi anggaran serta kondisi pasar keuangan,” ujar Thomas dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2025, Kamis (14/3).
Ia menjelaskan bahwa dari total pembiayaan tersebut, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto mencapai Rp 238,8 triliun atau 37,2% dari target pembiayaan utang APBN 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2024, yang hanya mencapai Rp 177,9 triliun.
Di sisi lain, realisasi pembiayaan utang yang bersumber dari pinjaman (neto) mengalami penurunan sebesar Rp 14,4 triliun hingga Februari 2025. Sementara itu, pembiayaan non-utang tercatat defisit Rp 4,3 triliun.
Thomas menegaskan bahwa pencapaian target pembiayaan sejauh ini tetap berjalan sesuai jalur dengan mempertimbangkan efisiensi biaya dana (cost of fund) serta pengelolaan risiko yang baik.
Hingga Februari 2025, performa lelang SBN di pasar perdana menunjukkan tren positif, sebagaimana tercermin dalam bit to cover ratio yang tinggi. Untuk lelang Surat Utang Negara (SUN), rasio tersebut mencapai 2,8, sementara untuk lelang Surat Berharga Negara Syariah (SBSN) berada pada level 1,66.
Imbal hasil (yield) SBN dengan tenor 10 tahun per 12 Maret 2025 juga tetap terkendali di level 6,87%, mengalami penurunan sebesar 15 basis poin (bps) secara year to date (YtD). Selain itu, selisih yield SBN tenor 10 tahun terhadap yield US Treasury 10 tahun tercatat sebesar 267 bps.
Di pasar SBN, investor asing hingga 10 Maret 2025 masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 22,43 triliun secara YtD.
Thomas juga menyoroti sinergi antara Pemerintah dan Bank Indonesia dalam penerbitan SBN, yang dilakukan dengan tetap menjaga keseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter. Pembelian SBN oleh Bank Indonesia di pasar sekunder disesuaikan dengan strategi serta kebutuhan operasi moneter yang sedang berlangsung. (D/S)